Pages

Ads 468x60px

Thursday, July 11, 2013

Kisah Mualaf, Yunus Kocsis

Yunus Kocsis pemuda asal Hungaria yang tinggal di Wigan, Inggris mencari Tuhannya. Setelah bertahun-tahun, ia akhirnya menemukan jati dirinya serta Tuhannya di Islam.

Sejak berumur 18 tahun, Kocsis muda ini mulai bertanya-tanya mencari Tuhan-nya. Setelah lulus setingkat SMA, dia pun melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi di Wigan.

Kegundahan hatinya semakin menjadi ketika usianya mencapai 24 tahun. Ia pun terus mencari berbagai literatur dari berbagai agama seperti Kristen, Hindu, dan agama-agama lainnya.

Namun, semua informasi yang didapatnya dari berbagai literatur tentang agama itu, masih membuatnya bimbang dan tidak ada kecocokkan dengan hatinya.

Kocsis pun akhirnya mulai menemukan setitik cahaya yang bisa menerangkan hatinya melalui Islam. Suatu ketika, pemuda bercambang dan tidak suka minum minuman beralkohol serta dugem ini sempat mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah' (tidak ada Tuhan selain Allah) ketika terbangun dari tidurnya. Padahal, saat itu dirinya belum membaca ikrar atau syahadat masuk Islam.

Selain mencari lagi berbagai literatur di internet, Kocsis juga tak segan bertanya ke teman muslimnya seperti dari Liberia maupun Sudan tentang Islam.

"Sebelum masuk Islam, saya belajar tentang tata cara wudlu, salat," ujar Yunus Kocsis kepada detikramadan, saat bincang-bincang di Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, Rabu (10/7/2013).

Pemuda 28 tahun yang sedang menghabiskan liburan musim panasnya di Indonesia hingga Agustus 2013 nanti menceritakan, sebelum menyatakan ikrar pembacaan syahadat, dirinya masih diselimuti rasa kekhawatiran. Namun hal itu tak menyurutkan dirinya untuk masuk Islam. Ia malah lebih dalam mempelajari tentang Islam.

"Sebelumnya saya masih takut. Setelah membaca syahadat apa saja yang harus saya lakukan," tuturnya.

Sekitar April 2012, Kocsis resmi membaca syahadat di sebuah masjid di kawasan Manchester. Setelah resmi menjadi mualaf, Yusuf Kocsis terus belajar tentang Islam ke berbagai komunitas muslim.

Selain kegundahan mencari jati diri, salah satu faktor yang mendorong Yunus Kocsis lebih sreg masuk Islam adalah setelah melihat kakak kandung perempuannya menikah dengan pria asal Lombok Indonesia.

Kakaknya perempuannya yang masuk Islam itu pun terlihat lebih berbahagia. Serta ia diminta kakaknya untuk menjelaskan ke orangtuanya tentang Islam.

"Sebelum saya membantu menjelaskan ke orangtua saya, saya masuk Islam dulu. Dan ingin saya tunjukkan, bahwa Islam itu tidak menakutkan, Islam itu damai," tuturnya sambil menambahkan, orangtuanya menghormati keputusan keyakinannya serat kakaknya yang memeluk agama Islam.

Ramadan 2013 mengingatkan Yunus Kocsis momen berpuasa. Tahun ini merupakan bulan Ramadan yang kedua kalinya setelah dirinya menyatakan masuk Islam.

Ia menceritakan, pengalamannya pada Ramadan pertama kali di Inggris. Meskipun mualaf sejak April 2012 lalu, Yunus Kocsis tetap bersemangat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan.

Waktu puasa di Inggris saat itu bukan sekitar 12 jam seperti di Indonesia. Tapi waktu berpuasa lebih lama yakni sekitar lebih kurang 16 jam.

Waktu berbuka menjelang pukul 23.00 (11 malam). Sedangkan waktu sahur sekitar pukul 02.30 dini hari.

"Dengan berpuasa dilatih bersabar, tidak materialistik, dan merasakan menjadi orang miskin," tuturnya.

Yunus Kocsis pun di awal Ramadan terus bersemangat. Namun, menginjak hari ke 8, kondisi tubuhnya tak mampu lagi bertahan berpuasa. Ia terserang demam dan dehidrasi. Namun, semua hutang tidak berpuasa sekitar 15 hari sudah dilunasinya sebelum memasuki Ramadan 2013 ini.

Kini, Yunus Kocsis akan merasakan suasana dan nuansa Ramadan yang berbeda dibandingan dengan Ramadan sebelumnya. Ia akan meghabiskan waktu Ramadannya di Indonesia dan diperkirakan akan merayakan Hari Raya Idul Fitri di Lombok, Nusa Tenggara Barat, tempat kerabat kakak iparnya.

Kisah Mualaf, Sam Brodie




Artis Sam Brodie pernah memiliki masa lalu yang cukup kelam. Dari kesulitan hidup di London hingga pernah memalsukan identitas sebagai 'wanita' pernah dijalaninya. Namun Sam bangkit dan memeluk Islam.

Telah 14 tahun ini ia menjadi muslim, Sam pun telah menikah dan memiliki anak. Bagaimana kisahnya hingga dirinya menjadi mualaf?

Sam Brodie sempat menjalankan status sebagai wanita selama menetap di London. Namanya terkenal sejak mengisi acara reality show 'Big Brother' di Inggris.

Namun setelah jujur soal identitasnya yang memang adalah laki-laki, Sam justru semakin terkenal. Meski begitu, ia justru galau dengan identitasnya yang 'samar'.

Sam kemudian memutuskan untuk kembali menjadi laki-laki seiring keinginannya menjadi mualaf. Pria berambut pirang ini tertarik membaca Alquran pada empat tahun lalu. Ada rasa batin yang mengatakan selama ini ia telah salah memilih jalan.

"Saya buka Alquran, ada sesuatu yang kayak bilang bahwa hidup saya selama ini tuh dosa. Islam itu luar biasa, pelan-pelan kemudian saya berubah," ungkap Sam.

Sam bercerita, dirinya banyak mendapat pertanyaan 'Mengapa memilih Islam?'.

"Sama aja pertanyaannya gini, 'kalau orang menawarkan handphone yang paling baru atau up to date atau handphone jadul, orang pasti pilih yang up to date'. Jadi seperti dengan Islam, kenapa aku memilih Islam karena Alquran itu yang paling up to date. Alkitab-alkitab sebelumnya bukan palsu, tapi itu sudah yang lama. Jadi yang paling baru turun ke bumi ya Alquran," kata Sam.

Tahun ini menjadi Ramadan pertama untuk Sam. Pria berdarah Ambon-Surabaya itu pun mengaku sangat bersyukur bisa menjalani Ramadan bersama anak dan istri.

"Karena aku orang Surabaya jadi tempe nggak perrnah jauh dari tempe. Selain itu apa aja, sayur asem pasti ada. Kebetulan semalam karena syuting aku lupa makan," jelas Sam menyinggung makanan favoritnya.

Sam langsung dikontrak untuk acara sahur di salah satu stasiun TV. Ia pun kini melewati puasa pertamanya dengan menghabiskan waktu di lokasi syuting saat waktu sahur.