Pages

Ads 468x60px

Monday, July 2, 2012

Pintu surga telah terbuka

Diceritakan dari Abdul Wahid bin Zaid, bahwa dia menuturkan sebuah kisah menarik. Dia bercerita:
Suatu ketika aku berada dalam sebuah kapal, tiba-tiba kapal yang aku tumpangi bersama seluruh penumpang terbawa oleh angin kencang menuju ke sebuah pulau. Pulau itu sepertinya kosong, tidak berpenghuni. Aku kemudian berjalan menuju pulau itu dan mendapati seorang manusia yang sedang menyembah sebuah berhala. Dia sepertinya sedang khusuk dengan meditasinya itu.

Aku dan beberapa orang mencoba untuk mendekatinya. Melihat ada yang datang, dia menatapku dengan penuh selidik. Aku tersenyum, tanda persahabatan, dia membalas tersenyum.
"Engkau sembah berhala itu, padahal berhala itu adalah buatan manusia, " kataku.
"Kalau begitu, kalian sendiri menyembah apa?"
Sambil bertanya, dia berdiri seraya menatap kami yang datang.
"Kami menyembah Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan laut."
"Siapa yang memberitahukan semua itu kepada kalian?"
"Dia mengutus seorang rasul – seorang utusan kepada kami."
"Apa yang dilakukan terhadap utusan itu?"
"Malaikat membawakan kepada-Nya."
"Apakah dia meninggalkan sesuatu atau tanda kepada kalian?"
"Ya, dia meninggalkan kitab dari malaikat itu."
"Tunjukkan sesuatu kepadaku dari kitab itu."

Aku lalu membacakan ayat-ayat Alquran dari surah Ar-Rahman. Mendengar aku membaca ayat-ayat suci Alquran Surah Ar-Rahman tersebut, dia mendengarkan penuh khusuk, sesekali telinganya didekatkan untuk menangkap suaraku. Aku terus membacakan ayat-ayat Alquran itu dibacakan. Tangisnya tiada henti sampai aku selesai membaca seluruh Surah Ar-Rahman tersebut.
"Tidaklah patut kita berbuat durhaka kepada pemilik firman suci ini." katanya dengan penuh keyakinan dan kemantapan.
Kemudian aku mengajak dia untuk masuk agam islam.
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah." dia mengucapkan kalimat syahadat dengan keyakinan yang mantap. Wajahnya penuh semangat. Akhirnya, orang itu kami ajak bersama untuk naik kapal yang kami tumpangi.
Ketika malam sudah gelap dan kami telah selesai melakukansalat isya, kami pun bersiap-siap untuk menuju tidur.
"Apakah Tuhan yang kalian beritahukan kepadaku itu tidur sebagaimana kalian tidur."
"Tidak, Tuhan kami tidak tidur. Dia hidup kekal dan Dia yang awal dan Dia pula yang akhir, serta Dia tidak tidur."
"Kalau begitu, kalian adalah sejelek-jeleknya hamba. Kalian tidur, sedangkan Tuhanmu tidak tidur. Tidakkah lebih baik malam ini kalian terus menyembahNya?"
Aku merasa kerdil dihadapan orang yang baru saja memeluk agama islam ini. Ternyata kecintaannya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta begitu besar, begitu kuat. Sedangkan aku? Aku begitu kecil dihadapannya. Malam itupun kami bermunajat kepada Allah bersamanya.
Ketika kami tiba di tempat tujuan, dan dia meminta izin untuk menuju ke suatu tempat, kami kumpulkan beberapa uang untuknya, sekedar rasa simpatik.
"Untuk apa uang ini?"
"Ini uang untkmu. Engkau bisa pergunakan untuk keperluanmu."
"Kalian telah menunjuki suatu jalan yang aku tidak melihatnya sebelumnya. Dulu aku menyembah selain Allah, namun aku tidak terlantar. Apakah sekarang Allah akan menelantarkan aku, sedangkan aku kini telah mengenal-Nya?"
Lagi-lagi aku menjadi kecil di hadapan orang itu. Dia penuh dengan keyakinan akan Tuhan Allah yang baru dikenalnya.
Tiga hari setelah kejadian itu, aku memperoleh berita bahwa dia dalam keadaan sakit yang amat parah, bahkan dikabarkan bahwa dia sedang dalam sakaratul maut. Aku lalu menemui dia.
"Apakah engkau ada keperluan?" Tanyaku.
"Seluruh keperluanku telah dipenuhi oelh Tuhan yang mengeluarkan aku dari pulau itu. Aku akan tidur selamanya di tempat-Nya."
Beberapa hari setelah kejadian itu aku bermimpi. Aku melihat dalam mimpiku itu ada seorang gadis di suatu taman yang indah.
"Bawalah orang itu – orang yang baru masuk Islam itu – dengan penuh kedamaian dan kesejahteraan. Telah lama aku rindu kepadanya." Ucap gadis itu.
Mendengar ucapan gadis itu, aku terbangun. Dan aku mendapati orang itu-yang baru saja masuk islma-ternyata meninggal dunia. Dan kami pun segera menguburkannya.
Lagi-lagi di dalam tidurku, aku bermimpi bertemu dengan dia. Aku melihat dia memakai mahkota sedang berada di kapalnya. Dan di sisinya terdapat bidadari-bidadari. Dia tersenyum melihatku.
Dia membacakan ayat-ayat AlQur’an: Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan):’keselamatan atas kamu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.’ (QS. Ar-Ra’d: 23-24)

0 comments:

Post a Comment